Negeri 5 Menara (A. Fuadi)
Seumur hidupnya Alif tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau.
Masa kecilnya dilalui dengan berburu durian runtuh di rimba bukit Barisan,
main bola di sawah dan mandi di air biru Danau Maninjau.
Tiba-tiba dia harus melintasi punggung Sumatra menuju sebuah desa di pelosok jawa Timur.
Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie.
Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di Pondok.
Di hari pertama di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantra” sakti man jadda wajada.
Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai,
Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa.
Di bawah menara masjid mereka menunggu Maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak keufuk.
Awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing.
Ke mana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu.
Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apapun.
Tuhan sungguh Maha Mendengar.
seperti itulah kata-kata yang tercetak pada cover bagian belakang buku “Daun yang jatuh tak pernah membenci angin”
komentar saya:
Sungguh indah pengalaman dari pondok di ulas dengan sangat rapi, orang yang pernah merasakan pondok akan bergetar hatinya ketika membaca novel ini, karena memory mengulang kenangan lama,..
buku ini mengajari jangan kenal putus asa..
Buku “Daun yang jatuh tak pernah membenci angin” yang saya miliki
di terbitkan oleh:
PT Gramedia Pustaka Utama Kompas
Gramedia Building
Blok 1 Lantai 4-5
Jl. Palmerah Barat 29-37
Jakarta 10270
www.gramedia.com
Negeri 5 Menara (A. Fuadi)
Ping-balik: Aku dan Trilogi Negeri 5 Menara | cumakatakata
harus semangat “Man Jadda Wa Jada”!!! 😀
man shobaro jabira 🙂
ya ntu juga harus !! 😀
the second mantra ya Mbak…..
Ijin baca2 gan
silakan Mas…..
yg ini juga pengen langsung baca bukunya
kl pulang bisa beli buat baca2 kl udah balik mbak..
Nah ini dia buku yang saya cari cari, sangat terkesan sekali dengan ceritanya saat pertama kali melihat tanyangannya di program Kick Andy
iya mas, awalnya saya biasa2 aja, tapi setelah banca ternyata luar biasa, tapi jangan liat filmnya sebelum baca novelnya heheeee
beliin………….kakaaaaaaaaaa………….
Yisha mau berapa??
semunya, kaaaaaaaa………….?????????? 😳
waduh, Yisha emang tega ya…..
hizk
Kayanya boleh pinjem tuh… 🙂
boleh gan…..
asal bacanya hati2 yaa….
thaks sob