Hmmmm dalam rangka memeriahkan acaranya Bunda Hana, saya akan menceritakan pengalaman yang berbau SIM 🙂 Tapi bukan tentang pengurusan SIM karena sangat tidak enak untuk diingat 😦 saya akan cerita ketika berlibur ke rumah teman di Rajagaluh, Majalengka.
Cerita ini ketika saya mengikuti pembelajaran Metode Tamyiz di Indramayu
Pada bulan Desember 2012 ada yang mempunyai usulan untuk mengadakan Mayoran (acara masak-masak) di salah satu rumah teman di Majalengka. Setelah bermusyawarah, diputuskan tanggal 09 acara diadakan.
Tanggal 09 pagi, teman-teman sudah siap dan rapi dan sudah terparkir indah sebuah angkot di pinggir jalan, ya angkot kuning. 🙂 Setelah berpamitan dengan sebagian asatidz Tamyiz, angkot mulai bergerak meninggalkan Tamyiz dan suasana ribut sudah pecah didalamnya, rencana-rencana tentang apa yang nanti dilakukan pun dibicarakan dengan gurauan-gurauan. Sebelum sampai rumah Teh Nun, teman-teman ingin mencari Durian terlebih dahulu, sopir angkot pun disuruh berburu durian dipinggir jalan, mencari Durian yang manis, murah dan bisa ditawar 🙂
Tapi ternyata sebelum rencana beli durian berhasil diwujudkan ada sesuatu yang tidak diduga menanti di depan. Ternyata ada razia. Dan saya heran tenyata angkot juga ditilang 😦 para penilang memberikan kode agar angkot minggir, berhenti.
Saya yang memang sejak tadi jeprat-jepret kanan-kiri, langsung dengan sengaja iseng menjulurkan Sienon keluar dari jendela angkot dan menjepret kerumunan para penilang yang jumlahnya lebih dari 7 orang, dan berhasil diantara mereka ada yang menyadari kalau ada yang memotret mereka 🙂 maka dengan segera satu penilang menghampiri angkot dan bertanya siapa tadi yang memotret. Semua diam, lucu kalau ingat suasana di angkot waktu itu 🙂 maka saya menjawab “saya” “ayo ikut” lanjut penilang, saya pun turun berjalan kearah para penilang lain menyusul supir angkot yang sudah duluan gabung dengan para penilang .
“kenapa moto-moto?” tanya Penilang 1
“Gak apa-apa Pak, iseng”
“Jangan sembarangan moto, ini privasi bisa dituntut kamu bla bla dan bla”
Kemudian datang Penilang dengan wajah Sengak, asli sengak banget gak ada enak-enaknya dilihat. Dia langsung mengambil paksa Sienon dari tangan saya, sedikit adegan tarik-menarik Sienon pun terjadi, karena tidak mau apa-apa terjadi pada Sienon saya pun mengalah, melepasnya.
“Kamu moto sembarangan. Siapa kamu? Reporter? Mana tanda pengenal dan surat tugasnya?”
“Bukan Pak, maaf Pak, sini biar saya hapus tapi kameranya dibawa sama itu” saya menunjuk Si muka sengak.
Penilang 1, mengambil Sienon dari muka sengak mengembalikan pada saya.
“ini saya hapus” menunjukkan proses delete photo.
Eee gak taunya Si Muka sengak nyeletuk “Itu ,walau dihapus tetap ada di memorynya, saya punya kamera seperti itu di rumah” Saya tertawa sinis kearah Muka Sengak “Kalau punya itu, tau.” Saya ucapkan dengan nada nyindir. Si Sengak mengangkat tangannya ingin memukul saya, tapi Penilang 1 segera membawa saya menjauh dari Muka Sengak
“Ini sebenarnya masalah ringan, Cuma foto saja gak ada hubungannya dengan penilangan” Akhirnya KTP saya dipinjam untuk diambil data “silakan aja, gak mungkin jadi masalah” kataku dalam hati.
Perjalanan pun kembali dilanjutkan dengan suka cita, tapi tidak dengan Pak Supir, mukanya murung sepanjang perjalanan sampai pulang, bahkan ketika makan pun muka beliau sangat memilukan 😦
Karena SIMnya ditahan dan disuruh mengambil keesokan harinya.
Cerita ini diikutsertakan dalam Kinzihana’s GA
Jumlah kata, Alhamdulilah setelah potong sana-sini jd 500 kata 🙂
hampir aja ketawa “yg misterius” itu terulang kembali, hahaha “gak bisa di rem” … yo wis lah, salam tiga jari aja, sing penting aku wes ninggalaken jejak ning tempatmu iki, 😀
Hello my loved one! I wish to say that this post is amazing,
great written and include almost all important infos. I’d like to peer more posts like this .
kalo represif seperti itu berarti ada ‘udang dibalik batu’ .
walah acara makan duren yang penuh tantangan ya..
Penuh penilang Mas 🙂
Petugas juga manusia Kang, tetap memilikinyali yang kurang dan perasaan was-was. Kalau merasa benar ya Pe De aja, dn kenapa harus takut. justru yang takut itu yang harusnya dipertanyakan. Itu salah satu ilmu jiwa kan ? ha,,,, ha,,,, ha,,, sst !
Salam wisata
Iya Pak. Berani karena Benar…
aiiish dimana tuh razianya nya? depan kolam renang atau di tanjakan pas mau masuk rajagaluh.. haduh itu daerah saya.. saya hapal daerah razia disana wkwkw
Haaah.. ditanjakan deh kayaknya 🙂
tp gpp acara semakin seru hihihi
kenapa ya foto aja ampe dipermasalahkan? Jadi tanda tanya nih. Ah moga memang prosedurnya gitu kali ya. BBerbaik sangka aja 😀
Iya Kang semoga memang prosedurnya begitu 🙂
kenapa nggak dipublikasikan aja mbak. Disana pasti ada praktek tawar-menawar harga. Kalau istilah di masyarakat, damai saja hahaha
Fotonya udah dihapus Pak 😦
Terima kasih kunjungannya Pak..