Daeng Marewa (sapaan Khrisna Pabichara) berhasil mengaduk-aduk rasa dalam hatik saya lewat buku Sepatu Dahlannya. Ini buku pertamanya yang saya miliki dan saya baca.
Memiliki buku Sepatu Dahlan ini tak terencana sebelumnya. Tapi ketika ke Gramedia di Royal Plaza pertengahan tahun 2012, menyebabkan saya memilikinya. Entah atas dasar apa saya membawanya ke depan kasir.
Mungkin karena buku ini ada di deretan buku-buku laris, mungkin.
Tanpa direncanakan pula, seseorang kenalan juga ke gramedia dan membeli buku ini, yang akhirnya menjadi suatu kesamaan yang indah.
Sepatu Dahlan. Begitu judul buku ini dengan warna kuning tua.
Mei 2013 saya mulai membuka dan membaca mulai dari lembar pertama.
Tanpa terasa prolog mulai saya baca, lanjut membaca dan hey.. Kenapa sudah halaman 122 saja…. Memang saya belum pernah membaca satu buku dalam satu dudukan / sekali duduk. Butuh berhari-hari buat saya untuk menyelesaikan satu buku / novel.
Buku ini terasa sangat dekat. Nama Daerah yang melatarbelakangi sungguh tidak asing di telinga saya. Takeran, Gorang gareng, Magetan, Stasiun Madiun dan Plaosan yang di sebut di halaman 345. Takeran dan Plaosan memang saya belum pernah kesana, tapi dua daerah ini sudah saya dengar bahkan sejak lebih dari 10 tahun yang lalu.
Ladang tebu yang berhektare2, sungguh saya sudah melihat langsung dan pernah memasukinya.
Ceritanya, hmmmmmmm sangat pas dengan keadaan saya sekarang yang harus berdamai dan mengalah pada banyak hal.
Hidup, bagi orang miskin, harus dijalani apa adanya. Tertulis nama Dahlan Iskan di bawah tulisan itu.
Menceritakan tentang kehidupan wong ndeso yang hidup berpuluh-puluh tahun yang silam. Kelaparan bukan hal yang langka, tapi kelaparan adalah teman menghabiskan malam dan teman sehari-hari.
Kerja keras seorang anak yang sangat menginginkan sepatu, namun keinginannya tidak mudah tercapai karena banyak yang yang harus didahulukan, termasuk untuk masalah asap dapur.
Seorang wanita berparas cantik, berlesung pipi dan ulet, diperan untuk untuk seorang ibu yang keras namun sangat penyayang. Ohhh… Saya suka cerita ini.
Seorang adik yang tak hanya menjadi boomerang buat sang kakak. Berusaha tak kalah kuat dibandingkan dengan sang kakak. Ohhh… Saya suka karakter ini.
Seorang ayah yang tegas, keras, mencintai dengan caranya yang unik. Memeluk, mengusap kepala sang anak. Ohhh…
Benar-benar keluarga yang bisa dijadikan kekuatan untuk menjalani kehidupan yang keras.
Kisah persahabatan yang sangat akrab, setiap orang digambarkan dengan detail di novel ini.
Juga kisah dengan anak juragan Komar..
Udah ah, udah cukup dulu..
Sekian cerita saya untuk buku Khrisna Pabichara, yang jelas bukan review tentang buku ini, ini yang sedikit rasa yang saya rasakan ketika membacanya. 🙂
Gambar diambil dari facebook.
tiap ke gramed nggak pernah terlalu tertarik, tapi baca disini, jadi bikin penasaran juga sama Sepatu Dahlan ini x)))
Maaf ya Mbak. Eh
Sepertinya, saya punya buku ini. Eh, bukan ding. Punyanya Form Zero To Hero. 😆
Selain HK, aku juga pengagum beliau. Semangatnya luar biasa. . . 🙂
Semoga semangatnya nular ya Mbak.. 🙂