Ini bukan review buku trilogi karya A. Fuadi, ini hanya cerita perkenalanku dengan Negeri 5 Menara yang kemudian berlanjut ke Ranah 3 Warna dan berakhir di Rantau 1 Muara.
Negeri 5 Menara
Negeri 5 Menara, sungguh tak berminat dulu ketika ditawari oleh Mbak-mbak penjaga di Gramedia. Tak lama setelah itu saya kembali lagi ke Gramedia dan apa yang terjadi ? Negeri 5 menara sedang meledak, hmmm mau gak mau saya comot dengan berat hati menariknya ke kasir.
16 Desember 2010, setelah hak milik buku berpindah pada saya, saya masih belum berminat untuk membacanya, but the time came. Akhirnya buku bersampul manara-menara ini saya baca pelan-pelan berharap bisa menghilangkan kejenuhan.
Setelah baca beberapa lembar, hmmmm bagus juga ternyata buku ini. Khas pesantrennya ada. Dan berhasillah Negeri 5 Menara mengusir kejenuhan sekaligus mencuri tempat dihati tentang nama-nama buku bagus.
Ranah 3 Warna
03 Februari 2011 Novel kedua dari Negeri 5 Menara resmi menjadi milik saya. Dengan bantuan seorang teman yang mau pergi ke Sri Ratu Madiun, saya minta tolong untuk dia mampir di Gramedia yang adanya di Matahari yang letaknya hanya beberapa langkah dari Sri Ratu, untuk membeli Ranah 3 Warna karena saya tidak bisa beli sendiri, saya mewanti-wanti teman yang mau kesana, pokoknya di pilih sebelum dibayar. Perhatikan lemnya dan covernya dan bla bla bla.
Setibanya dari Madiun teman saya berhasil menyelesaikan misinya 🙂 dia membawa pulang sebuah buku yang sudah saya nantikan. Dan dia bilang harganya sekian, haaa ? kaget juga karena buku ke 2 ini lebih mahal dari buku pertama selisih 15rb, dan itu termasuk banyak buat saya 🙂 tapi melihat ketebalan buku Ranah 3 Warna saya pun terima dengan harga yang lumayan waaah buat saya.
Selain harganya yang waaah, ternyata buku kedua dari Negeri 5 Menara ini juga waaah. Gak merasa menyesal membelinya.
Rantau 1 Muara
14 Juni 2013 Buku Rantau 1 Muara mendatangi rumah saya, dengan berpakaian rapi buku ini sampai dengan selamat tanpa kurang satu halamanpun. Halah
Seseorang yang juga pencinta dua buku sebelumnya menghadiahi saya dengan buku ketiga ini, aaah hadiah buku memang selalu istimewa.
Warna sampulnya hijau-hijau gimana gitu, oiya, Toska katanya. Hijau toska gitu. Mengingatkan pada seseorang. 🙂 kok malah curhat???
Setelah pelan-pelan membaca buku ketiga dari Negeri 5 Menara, rasanya sangat memuaskan. Tapi juga menyiutkan hati.
Apakah saya bisa? Satu pertanyaan ini muncul berkali-kali sebelum buku ketiga ini selesai.
Hmmm
_____________
Dengan merapal dan menjalankan mantra-mantra yang sudah jelas kesaktiannya.
Man Jadda wa Jada = PASTI
Man Shabara Zhafira = juga PASTI
Man Saara ala darbi washala = memang PASTI
Tiga kalimat arab diatas seolah sebagai rumus pasti, apabila rumus dijalankan maka hasilnya bisa dipastikan, tapi tempat praktek untuk mendapatkan hasil dari rumus-rumus pasti diatas adalah diri, diri kita. Tergantung kita sebagai pelaksana rumus, sejauh mana kita mampu menjalankan rumus tersebut. Kalau kita mampu menjalankannya sesuai waktu yang di tetapkan maka hasilnya akan tampak. Tapi sayang, rumus ini tak ada waktunya, dan ini yang membuat berat untuk terus menjalankan rumus ini. Semoga kita termasuk orang yang bersungguh-sungguh dan sabar sehingga kita sampai pada tujuan yang kita tujukan.
ternyata hasil didikan di pondok madani itu luar biasa ya…
buku yg ketiganya belum selesai kubaca bro. baru sampai judul : wawancara dengan pocong 🙂
Lanjutkan Pak. Itu waktu Alif baru-baru masuk Derap..
dan ketemu lagi sama Dinara
Hmmmmmmm… Muda banget u Pak.
Begitulah kalau buku berkualitas memang bisa menginspirasi pembacanya
Benar Bi..
Walau fiksi tetap banyak pelajaran..
Ada semangat di dalam buku2nya 😀
Semangat yg menular… 😉