Satu lagi karangan Tere Liye yang membuatku semakin gemes dan gereget. Sungguh buku kali ini sangat berdeda dengan buku-bukunya yang lain. Ini kisah lain, tapi masih memuat kebaikan buku-buku Tere yang lain.
Jauh sebelum Novel Negeri Para Bedebah ini terbit, Tere sudah menulis dan mengepostkannya di Facebook dengan judul yang berbeda, Bangsat-bangsat Berkelas. Judul yang sangat kuat menarik pembaca tentunya, terutama yang sudah kenal dengan nama Tere Liye dan terlebih bagi yang sudah pernah pembaca karangannya.
Masih ingat di tahun 2011an saya sangat rajin mencari kelanjutan Bangsat-bangsat Berkelas, yang di sajikan secara episode demi episode. Sehingga datang entah di episode keberapa Bang Tere memutuskan hanya orang-orang tertentu yang bisa membacanya, tapi selalu ada pembelaan untuk orang yang sabar 🙂 ketika itu Tere punya akun Facebook lebih dari satu dan mempunyai banyak teman disetiap akunnya, tak lama setelah itu beliau membuka halaman Page di Facebook sehingga penggemarnya tidak kesulitan lagi untuk lebih leluasa menikmati ketikan-ketikan dari jari penulis yang menebar makna di hasil ketikannya. Dan berkat dibuatnya halaman ini semua tulisan ditransfer ke halaman yang baru dibuat, termasuk kelanjutan episode Bangsat-bangsat Berkelas. Tapi ada kejutan lanjutan yang membuat pembaca, termasuk saya di buat gemas dan gereget oleh penulis dengan nama pena Tere Liye ini. Semua episode berhenti di episode 45. Di saat alur novel sangat mendaki, penasaran entah tingkat apa pun terjadi. Tapi Tere punya jawabannya.
Apa jawabannya ?
Jawabnya adalah Bangsat-bangsat Berkelas akan di bukukan dan akan segera terbit, dan beliau bilang kalau gak mau beli tapi pingin tau lanjutannya bisa datang ke toko buku dan hanya membaca disana 3 judul terakhir dari buku ini. Tapi saya dalam hati dengan yakin mengatakan Saya akan beli.
Pertengahan 2012 saya sudah penya novel Bangsat-bangsat Berkelas. Tapi baru baca beberapa hari lalu, dan menyelesaikannya dengan membaca ulang cerita dari halaman pertama.
Kata-kata dalam novel ini seolah tidak membosankan, tetap membuat kejutan di alur yang dulu sudah pernah mengejutkan ketika membaca Bangsat-bangsat Berkelas.
Sangat banyak kata-kata yang saya tidak pahami diawal-awal cerita tapi saya bisa menangkap alur ceritanya.
Ini buku menceritakan pengkhianatan-pengkhianatan kepada orang-orang dekat juga pada orang banyak.
Sesuai judul Postingan ini, ini bukan riview buku, ini hanya sekedar rasa ketika sebelum membaca, ketika membaca dan setelah membaca Novel ini.
Thomas, adalah pemeran utama dalam novel ini, seorang laki-laki yang bermasalalu suram, sangat suram bahkan. Kedua orangtuanya dibakar hangus bersama rumahnya. Thomas termasuk keluarga yang selamat. Dan berbekal masalalunya dia belajar lebih banyak dibanding yang lain, dewasa lebih cepat dibanding yang lain. Juga dibekali dengan dendam untuk membongkar siapa dibalik massa yang telah membakar hangus rumah dan kedua orang tuanya.
Kerja keras dalam belajar menjadikannya eksekutif muda. Dalam sela kepadatan jadwal kerja Thomas juga mengikuti pertarungan yang diadakan secara tersembunyi dan dianggotai oleh eksekutif muda lain dan ini menjadikannya sebagai petarung, petarung sejati. Dimana seorang petarung sangat menjunjung tinggi janji, Janji seorang petarung. Sebejat apapun petarung sejati akan memenuhi janjinya ketika ditagih.
Sedikit saja kalimat dibelakang cover novel ini.
Di Negeri para bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyata.
Di Negeri para bedebah, usang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah.
Tetapi setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah, petarung sejati tidak akan berkhianat.
Hanya tiga kalimat diatas.
Tapi nama TERE LIYE adalah jaminan, buat saya 🙂
Jujur buku ini memiliki ending yang sangat mengecewakan, sangat datar. Bahkan buku kehabisan lembaran hanya sesaat setelah mengalahkan musuh dan mengetahui musuh terbesar.
Tapi lagi-lagi Tere punya jawabannya.
Jawabannya adalah
Negeri di Ujung Tanduk.
Ya Negeri di ujung tanduk adalah lanjutan dari Negeri Para Bedebah.
Untuk penggemar Tere Liye, udah baca belum ?
Ayo baca, dan rasakan sensasi ketegangan didalamnya 🙂
sya sllu ska smua nvel tereliye
nama pengarang’nya siapa ?
dan tempat kejadian’nya dimana?
kalo baca online bisa gak kak?
Bukan bagus lagi, tapi bagus banget!! Sy sdh baca dua2nya dan sy begitu larut dengan romantika tokoh Thomas dlm perjalanan membela kehormatan keluarga, jungkir balik menyelamatkan usaha keluarga, hobi bertarung, membela kebenaran dan keadilan, hingga akhirnya berhasil membekuk biang kerok kehancuran keluarga besarnya dulu yg menyebabkan orang tuanya mati mengenaskan. Bahkan sy mgkn sudah ‘jatuh cinta’ dengan tokoh Thomas, haha…:D Benar2 penggambaran tokoh lelaki gentleman. Dlm menggambarkan romantisme tokoh Thomas dengan 2 perempuan pun (1 di sekuel Negeri Para Bedebah dan 1 di sekuel Negeri di Ujung Tanduk) digambarkan secara santun. Jadi ‘geregetan’ deh membayangkan andai ada lelaki se’perfect’ dan se’gentle’ Thomas dlm kehidupan nyata, hehehehe….Bravo, Bang Tere! Jadi kepingin membaca karya2 beliau yg lain. 🙂
saya sudah baca keduanya 😀 cukup menarik sekali novelnya 😀
hehehe..
terima kasih sudah main kesini Mbak….
Habis baca post ini sepertinya saya jadi tertarik membaca Negeri Para Bedebah.
Silakan Bu…
Sangat menegangkan 🙂
belum baca,,
sudah tegang duluan.
heee.. di santaiin Mas..
sip,, sip